Salam

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sugeng rawuh ing Blog-e Raden PS

Mugi ndadosna panglipuring manah

Sabtu, 12 Februari 2011

Telaga Sunyi

Peristiwa ini terjadi saat aku masih duduk di kelas X semester 1. Waktu itu, guru Bahasa Indonesia memberikan tugas untuk membuat sebuah cerpen. Aku  membuat rancangannya terlebih dahulu, setelah itu cerpen siap diketik dan diprint-out. Karena tidak punya komputer, aku bernian meminjam komputer milik tetanggaku. Komputer itu berada di sebuah kios Counter Pulsa milik tetanggaku itu di Pusat Kota Manyaran. Dengan mengendarai sepeda milik sepupuku, ku tempuh jalan ke Manyaran yang berjarak sekitar 5 km. Rencana awalnya, aku akan pergi ke Manyaran melalui jalan pintas. Waktu itu aku belum hafal rute jalan pintasnya, karena itu aku berniat mengajak temanku Sk. Ketika aku lewat depan rumahnya, kudengar gemuruh alat perontok padi. "Ah mungkin dia sedang sibuk" pikirku. Akupun berlalu dan melewati Rumah Kd. "hai, bisa menemani aku ke Manyaran nggak?" tanyaku. "Maaf nggak bisa, aku ada acara" jawabnya.  Aku pernah melewai jalan pintas sebelumnya dengan mereka. Mereka mereka berdualah yang hafal rutenya,.tetapi karena tidak bisa diharapkan, aku pergi sendiri. Kukayuh sespeda melawati dusun-dusun hingga sampailah di sebuah pertigaan. Aku ragu, apakah harus belok kanan atau lurus. dengan penuh tanda tanya aku memilih lurus, baru di pertigaan berikutnya aku belok kanan.Jalannya agak menurun dan berupa plesteran kanan kiri. Aku khawatir. "Kok ada yang aneh ya? Sepertinya ini bukan jalan yang pernah kulewati" pikirku. Aku meyakinkan hatiku, tetapi gagal karena di sekitar jalan itu terdapan banyak rumpun bambu. Karena jalan agak menurun, sepedaku melaju semakin cepat. Remnya pun hampir tak berfungsi. Jika aku tak bisa menguasai keadaan mingkin aku sudah menghantam rumpun bambu yang penuh duri. Setelah lolos dari itu (bambu). sepeda belum berhenti. ia melaju semakin cepat dan semakin cepat. Jalan plesteran mencapai ujungnya dan berlanjut dengan jalan setapak yang penuh bebatuan. Di depan mata membentang sungai yang berbatu pula. Yang terakhir, dengan kecepatan tinggi (menurut ukuran sepeda), sepedaku menabrak batu sebesar kepala kerbau membuat aku dan sepedaku terlempar. Aku berteriak "ALLAHU AKBAR!!!" dan "BYURRRR!!!!" aku jatuh telungkup ke sungai yang airnya dangkal. Untungnya masuk ke air, lha kalau ke bebatuan, gimana? Aku yang masih sadar segara bangkit dengan peringisan. Segera kulepaskan tas dan ku keluarkan barang barang yang tidak seharusnya terkena air, seperti kartu GSM, kaset CD, Titipan fotokopi, dan catatan cerpenku. Aku mengambil sepedaku yang juga masuk ke sungai. segera aku kembali ke jalan dan kusadari bahwa di pertigaan sebelumnya seharusnya belok kanan. Aku tetap melanjutkan perjalanan meskipun basah kuyup. sesampainya di Counter Pulsa, aku ditertawai karena keadaanku.Seorang pemilikkios yng lain meminjamiku celana milik anaknya, sementara celanaku kujemur. Aku segera minta ijin untuk memakai komputer. Selanjutnya, akupun mulai mengetik cerpenku dengan judul "Telaga Sunyi".

Tidak ada komentar: